Menjelang Ramadhan
di suasana Covid-19
Ramadhan tahun ini akan memiliki suasana
baru. Ditengah polemik
pandemic corona, perintah Allah untuk berpuasa serasa terus
menggetarkan hati. Kerinduan akan Ramadhan terus menjadi penantian. Namun kita
lihat, Pemandangan mesjid-mesjid kota sekarang menyepi, Pemandangan jalanan
kian sarat pejalan kaki. Setiap warga dihimbau untuk tetap diru mah guna
pencegahan penularan virus corona.
1.
Suasana Mesjid
Yang Sepi karena Pemberlakuan Lock Down
2.
Suasana Jalanan sepi
karena pemberlakuan Lock Down
Survei terbaru
Covid-19
Laporan sementara Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada tanggal 17 April 2020, tingkat
dunia, sejumlah 1.991.562 kasus covid-19 terdata, dengan 130.885 kasus orang
meninggal dunia, 6,6 % dari jumlah angka kehidupan masyarakat dunia. Total sekitar
213 negara di Dunia terjangkit virus corona. Hal ini menandakan bahwa virus ini
secara global memberikan resiko yang sangat tinggi. Di Indonesia sendiri, pada
taggal 16 April 2020, sekitar 5.516 terdata kasus terinfeksi corona dengan 496
kasus orang meninggal karena virus. Kemenkes RI
belum mengumumkan kembali terkait berapa jumlah kasus yang terdata pada
17 April 2020 . maka pemerintah menganjurkan untuk melakukan pencegahan.
1.
Pencegahan pada diri
sendiri
2.
Pembersihan pada Rumah
Ibadah
Anjuran Ibadah
di rumah selama Ramadhan
Demi menjaga
stabilitas keefektifan pencegahan corona, pemerintah dalam hal ini Majelis
Ulama Indonesia (MUI), dilansir dari Kompas.com, telah menerbitkan surat edaran
perihal tatacara pelakasanaan pelaksaan ibadah puasa di Bulan Ramadhan hingga
pelaksanaan Ibadah Hari Raya idul Fitri 1 Syawwal 1441 Hijriah di tengah
Pandemi Covid-19. Dimana salah satu penjelasan edaran itu menyebutkan 15 poin
yang diatur dalam pelaksanaan ibadah, mulai dari pelaksaan sahur, tarawih,
tadarus, berbuka puasa, hingga pelaksanaan Nuzulul Qur’an. Seluruh kegiatan ini
dilaksanakan di Rumah. (06/04/2020)
Ramadhan penuh
Tafakur dan Muhasabah diri
Sebagaimana Firman
Allah SWT dalam QS. Ali Imran : 191 :
ٱلَّذِينَ
يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا
سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah ay menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka.
Ayat
tersebut ditafsirkan oleh Syekh Jalaludin As-Syuyuti dan Jalaludin Al-Mahali
dengan penafsiran sebagai berikut :
{
الذين } نعت لما قبله أو بدل { يَذْكُرُونَ الله قياما وَقُعُوداً وعلى
جُنُوبِهِمْ } مضطجعين أي في كل حال وعن ابن عباس : يصلون كذلك حسب الطاقة {
وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ السموات والأرض } ليستدلوا به على قدرة صانعهما
يقولون { رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا } الخلق الذي نراه { باطلا } حال ، عبثاً بل
دليلاً على كمال قدرتك { سبحانك } تنزيهاً لك عن العبث { فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
} .
(Yakni orang-orang yang) menjadi 'na`at' atau badal
bagi yang sebelumnya (mengingat Allah di waktu berdiri dan duduk dan
ketika berbaring) artinya dalam keadaan bagaimana pun juga sedang
menurut Ibnu Abbas mengerjakan salat dalam keadaan tersebut sesuai dengan
kemampuan (dan mereka memikirkan tentang kejadian langit dan bumi)
untuk menyimpulkan dalil melalui keduanya akan kekuasaan Allah, kata mereka:
("Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau ciptakan ini) maksudnya
makhluk yang kami saksikan ini (dengan sia-sia) menjadi hal
sebaliknya semua ini menjadi bukti atas kesempurnaan kekuasaan-Mu (Maha
Suci Engkau) artinya tidak mungkin Engkau akan berbuat sia-sia (maka
lindungilah kami dari siksa neraka.)
Menurut Qurash Shihab,
mengenai arti penting bertafakur. Bahwa ayat tersebut mendahulukan dzikir daripada fikir, karena dengan dzikir
hati menjadi tenang, dan dengan ketenangan, pikiran akan menjadi cerah bahkan
siap untuk menerima ilham dan bimbingan ilahi. Tak ada yang Allah ciptakan
sia-sia, melainkan terdapat beribu hikmah di dalamnya. Begitupun tatkala Allah
turunkan wabah / tha’un pada suatu negeri, melainkan Allah maksudkan untuk limpahkan
kebaikan bagi setiap manusia di bumi. Salah satunya mendorong manusia bertafakur
atas dosa dan khilafnya selama ini. Allah paksa manusia untuk mengingatknya,
karena Allah tau bahwa dengan keimanan, maka manusia akan memperoleh kebajikan
disisi Allah. Maka bertafakurlah, dan miliki hati yang lembut akan ridha atas ketentuan-Nya.
Semoga Ramadhan ini, Allah turunkan rahmat-Nya serta memberikan kesembuhan bagi
kita semua dan negeri kita tercinta. Aamiin.....
Wallahu a’lam bishawab.....
Comments
Post a Comment