Skip to main content

Libur covid-19 Game Online Vs Baca Qur’an



Virus pandemic covid-19  baru-baru ini mewabah ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Wabah yang  muncul di tanah air pada awal bulan maret 2020 ini, memberikan kabar kesedihan bagi masyararakat Indonesia, terkecuali siswa sekolah. Ya… berkat adanya virus covid-19 ini,  kegiatan belajar mengajar di sekolah terpaksa dihentikan sementara waktu oleh pemerintah pusat, guna pencegahan wabah. Di Cianjur Jawa Barat misalnya. Melalui surat edaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur Nomor 421/560/Disdikbud/2020 pada 09 April 2020 dengan memperhatikan keputusan Bupati Cianjur Nomor 360/kep.174-BPBD/2020 tanggal 30 Maret 2020 tentang perpanjangan status keadaan darurat penanganan bencana wabah penyakit akibat virus corona, dan edaran  Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor 443/4181-Set.Disdik tanggal 09 April 2020 tentang perpanjangan waktu Pelaksanaan PBM di rumah dan informasi kegiatan akademik tahun pelajaran 2019/2020, yang memberikan informasi bahwa libur diperpanjang hingga tanggal 16 mei 2020. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh siswa sekolah untuk melakukan kegiatan mereka masing-masing,  di antaranya dengan  bermain game online.
Akhir-akhir ini, game online menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak hingga kaum dewasa. Bukan hanya karena kecanggihan fitur game pada masa kini yang semakin canggih saja, akan tetapi juga mendatangkan keuntungan secara finansial bagi penggunanya terutama bagi kalangan dewasa. Namun bagi anak-anak, game dijadikan sebagai sarana bermain tercanggih. Dilansir dari Seller ID, data Newzoo menunjukan, bahwa jumlah pengguna smartphone di seluruh dunia mencapai lebih dari 3,3 miliar di sepanjang tahun 2019 lalu. Total jumlah pemain game di seluruh dunia mencapai 2,3 miliar. Jumlah ini menghasilkan total revenue global mencapai USD 68,5 miliar atau setara dengan  Rp. 948 triliun.  Di Indonesia sendiri, pengguna smartphone mencapai 82 juta lebih. Sementara pemain game mobile mencapai lebih dari 52 juta. Dengan angka inilah, Indonesia pada akhirnya menduduki peringkat ke-17 dengan jumlah pemain mobile game terbanyak. Indonesia juga menyumbangkan revenue sebesar USD 624 juta atau setara dengan Rp. 8,7 triliun untuk mobile gaming selama 2019.
Miris memang ketika prestasi gemilang itu, kita bandingkan dengan kuantitas pembaca al-Qur’an di Indonesia. Dilansir dari PikiranRakyat.com pada tahun 2017 saja, dari populasi 225 juta muslim  di Indonesia, hanya sekitar 46% saja yang mampu membaca al-Quran. Artinya 54% penduduk muslim Indonesia belum mampu baca al-Qur’an. Hal ini terbukti setelah diadakanya Seminar Melek Huruf Al-Qur’an yang berlangsung di Aula Badan Perencaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bandung, Rabu 13 Desember 2017. Bahkan  setahun kemudian, berdasarkan riset PTIQ Jakarta yang dilansir dari Republika.co.id kuantitas muslim Indonesia yang belum bisa baca al-Qur’an meningkat hingga 70%. Angka yang Fantastis bukan ? maka mari kita renungkan !!
Berapa kah sisa waktu kita sehingga kita mampu menyia-nyiakan waktu ?, padahal waktu di dunia akan berakhir dengan kematian. Selanjutnya hanya kita dan Allah saja yang kelak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.  Berada dipihak mana kah kita ? jemari yang senantiasa menari diatas gadget setiap harinya? atau lisan yang senantiasa basah sibuk   berdzikir (baca Al-Quran)  pada Allah ?...pikirkanlah ! bagaimana jika virus membinasakan kita atas ijin Allah ketika lisan kita hanya dapat berkata “fre fire, PUBG, Mobile legend, Worm Snake zone,……. Hago ?
Naudzu billahi min dzalik !!



Comments

Popular posts from this blog

Penafsiran Al-Qur'an Dr. Hassan Hanafi terhadap pengentasan kemiskinan

   Konsep Pengentasan Kemiskinan Dalam Tafsir Hassan Hanafi Hassan Hanafi membuka kesadaran manusia akan arti pentingnya kesejahteraan umat. Dalam pemikiranya, ia berkata bahwa setiap manusia mesti memiliki pola pikir mengada dalam dunia ( being in the world, aussein, in-der-welt-sein ) yang menunjukan adanya hubungan dengan kesadaran individu dengan alam, dunia benda-benda. [1] Kemiskinan merupakan salah satu problem kemasyarakatan yang secara realitas marak terjadi di berbagai belahan dunia yang semestinya menjadi kesadaran setiap individu. Sementara itu, pemikiran manusia hanya melahirkan gejolak yang baru yang hanya memecahkan masalah secara sepihak. Allah SWT telah menurunkan Alquran sebagai petunjuk dan pedoman bagi seluruh manusia. Dan Alquran meliputi segala sesuatu. [2] Dengan demikian, Hassan Hanafi memberikan sebuah penafsiran Alquran yang bermula dari kenyataan umat manusia. Sehingga munculah sebuah penafsiran yang bertemakan harta ( mal ) sebagai salah satu konsep masla

MENGENAL TAFSIR IJMALI

A.     Definisi Tafsir Ijmali sebagai Metode Penafsiran Tafsir secara Bahasa mengikuti wazan taf’il , berasal dari akar kata al-fasr yang berarti menjelaskan, menyingkap dan menampakan atau menerangkan makna yang abstrak. Kata kerjanya mengikuti kata kerja wazan daraba yadribu dan nashara yanshuru . Dikatakan fasara ( asy-syai’a ) yafsiru dan yafsuru , fasran dan fassarahu artinya abaanahu (menjelaskanya). Sehingga kata tafsir secara bahasa menurut Manna Qathan ialah menyingkap. [1] Sementara tafsir menurut istilah, sebagaimana didefinisikan oleh Abu Hayyan ialah ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafadz-lafadz al-Qur’an, tentang petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun serta hal-hal lain yang melengkapinya. [2] Sementara menurut Ali Ashabuni adalah ilmu yang digunakan untuk memahami kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengetahui penjel

Pandangan Mufassir Klasik hingga Modern terkait problem kemiskinan

Para mufasir telah memberikan penjelasan mengenai kemiskinan dalam Alquran. Salah satunya ialah seorang mufasir yang bernama Quraish syihab yang memiliki sebuah karya tafsir yang bernama Tafsir Al-Misbah .   Menurut Quraish syihab, kemiskinan merupakan orang yang tidak memiliki sesuatu untuk memenuhi kebuTuhan hidupnya, dan diamnya itulah yang menyebabkan kefakiranya. [1] Menurutnya pula, terdapat ayat-ayat Alquran yang menjelaskan tentang kemiskinan dan ayat-ayat tersebut bernada kritik so s ial, seperti yang terdapat QS. Al-An’am : 151 : ۞قُلۡ تَعَالَوۡاْ أَتۡلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمۡ عَلَيۡكُمۡۖ أَلَّا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡ‍ٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗاۖ وَلَا تَقۡتُلُوٓاْ أَوۡلَٰدَكُم مِّنۡ إِمۡلَٰقٖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكُمۡ وَإِيَّاهُمۡۖ وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلۡفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَۖ وَلَا تَقۡتُلُواْ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ١٥١ Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diha